Minggu lalu, harga komoditi minyak masih menurun. Meski bursa NYMEX tutup hari Jumat untuk merayakan hari Kemerdekaan Amerika Serikat dan di perdagangkan secara elektronik sendiri dengan tidak mengeluarkan harga penutupan resminya.
Secara umum, tren harga masih bearish, dimana perekonomian Inggris yang mengalami penurunan sebesar 2.4 persen, kontraksi terbesar sejak 1958 serta peningkatan pengangguran AS sebesar 9.5 persen, terbesar dalam 26 tahun terakhir ini masih merupakan faktor dominan penggerak pasar.
Sementara suplai dan permintaan minyak mentah secara global masih menurun. Bursa saham Asia dan Pasar Uang juga tidak banyak beranjak menjelang pertemuan G8 minggu ini.
Para investor sendiri nampaknya mencoba hati-hati paska data pengangguran AS yang mencapai peningkatan 467,000 untuk bulan Juni dan tingkat rata-rata pengangguran AS saat ini adalah yang tertinggi dalam 26 tahun ini.
Koreksi yang terjadi di harga minyak ini merupakan hal yang wajar setelah minyak rebound sebesar 42 percent pada kuartal terakhir ini atas melonjaknya pasar juga. Dalam jangka panjang, harus diantisipasi dan diperkirakan pula bahwa harga minyak masih memungkinkan untuk jatuh lagi hingga di bawah $60 per barrel di bulan Juli ini.
Tidak adanya dukungan isu fundamental seperti optimisme pemulihan ekonomi, kenaikan risk appetite, dan naiknya inflasi dalam jangka menengah hingga panjang, nampaknya membuat pasar sedikit lesu dan goyah.
sentimen pasar menjadi menurun dimana Dolar mengalami appresiasi sehingga berpengaruh secara signifikan terhadap pergerakan harga minyak pekan ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar